top pick
KAdes yono

Ada yang Meninggal Dunia, Kasus Anak Kecanduan Bermain Gadget di Jabar

Ilustrasi seorang anak yang kecanduan bermain ponsel atau gadget. Foto: ist 

 

POSTNTT.COM | JABAR- Ponsel atau gadget untuk sebutan asing (Inggris) adalah perangkat elektronik kecil dan berfungsi sebagai salah satu teknologi komunikasi ataupun penyambung lidah antar  pengguna jarak jauh. Hampir semua masyarakat dunia memilikinya bahkan menggilai benda pipi persegi panjang ini.

Bukan hanya ponsel atau gadget, kebanyakan orang juga menyebutnya gawai. Rupanya keberadaan benda ini mampu mengancam keselamatan apabila tidak bijak dalam penggunaannya.

Seperti dikutip dari detikcom, di Jawa Barat (Jabar) kasus kecanduan gawai kalangan anak-anak memprihatinkan dan menyita perhatian masyarakat. Pasalnya, seorang siswa SMP kelas 1 di Subang meninggal dunia akhir Februari lalu karena kecanduan game pada ponselnya. Tak hanya itu, jumlah pasien anak yang kecanduan gawai meningkat di RS Jiwa Cisarua Bandung Barat.

Salah satu korban yang meninggal dunia setelah diagnosa mengalami gangguan syaraf karena kecanduan gadget adalah Raden Tri Sakti (12). Raden meninggal 23 Februari 2021. Dia siswa SMP kelas 1 asal Desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang.
Dari keterangan pihak keluarga menyebut penyakit yang diderita siswa tersebut karena kecanduan bermain game online di telepon seluler. 

Paman Raden yaitu Endang, mengungkapkan keponakannya mengeluh sakit kepala sejak awal tahun bahkan tangan dan  kakinya sulit untuk digerakkan. Saat dirawat di RS Siloam, dokter yang menangani mengatakan gangguan saraf yang diderita Raden karena radiasi telepon seluler.

Endang melanjutkan, Raden seharian memegang handphone untuk bermain game online dan ditambah juga dengan pembelajaran jarak jauh.

"Jadi anak itu tadinya sering main HP game online siang malam, tidur subuh pukul 03.00 WIB. Trus kerap mengigau kaya lagi bermain game," ungkap Endang.

Berbeda halnya dengan Ketua IDI cabang Kabupaten Purwakarta dr Susilo Atmojo yang mengatakan gangguan syaraf tidak ada hubungannya dengan radiasi handphone. Menurutnya, Kecanduan gawai atau kecanduan bermain game berakibat kepada perubahan perilaku anak.

Namun, dari data atau catatan RSJ Cisarua, Jawa Barat, menunjukan pada bulan Januari hingga Februari 2021 ada 14 anak alami kecanduan gawai yang menjalani rawat jalan. Sementara pada tahun 2020 dari bulan Januari hingga Desember total 98 anak yang menjalani rawat jalan gegara kecanduan gawai.

Spesialis Psikiater Anak dan Remaja RSJ Cisarua Lina Budianti mengatakan usia anak paling muda yang pernah menjalani perawatan jalan karena kecanduan gawai yakni usia 7 tahun. Secara keseluruhan rata-rata 7-15 tahun.

"Untuk yang termuda itu 7 tahun, dia juga murni kecanduan gawai karena kurangnya pengawasan orangtua. Kalau secara keseluruhan, rata-rata yang dirawat jalan di sini usia 7-15 tahun," kata Lina Budianti, Sabtu (20/3/2021).


Menurut Lina, salah satu penyebab anak kecanduan game adalah kurangnya perhatian orang tua.

"Orangtuanya di awal memberikan kelonggaran, karena mereka berpikir kalau enggak main game terus mau ngapain. Tapi lama-lama pemakaian tidak terkendali, akhirnya jadi adiksi," kata Lina.

Pembelajaran jarak jauh juga turut membuat anak hampir sepanjang hari memegang handphone.

"Sebagian yang datang ke kami diperberat dengan kondisi ini (pandemi COVID-19). Jadi pandemi mereka tidak kemana-mana. Mereka juga dapat kuota gratis kan. Kita tanya orangtua sudah berusaha dibatasi atau belum ternyata jawabannya sudah, tapi memang sulit," jelasnya.

Lina menuturkan bahwa kecanduan ponsel setiap tahun tidak bisa dihindari. Karena sekarang semua serba muda, cepat dan instan bisa dilakukan dari gadget. Hal itu tentu berpengaruh terhadap mental anak.

"Dulu kalau mau senang itu lewat olahraga, rekreasi atau interaksi dengan sesama. Kalau sekarang, untuk mendapat dophamine itu, anak-anak bisa bermain game dan internetan di ponsel. Tapi kalau berlebihan nanti berubah fungsi bisa berdampak pada masalah psikiatri ya adiksi ini," terangnya.

 

Menurut Lina, membatasi adiksi bukan dengan cara melarang, tetapi orang tua harus bijak dan sabar mengajarkan kepada anak untuk menggunakan ponsel secara bertanggung jawab dan batasan yang jelas.

"Sebetulnya yang dilakukan orang tua untuk membatasi adiksi itu bukan melarang, tapi mengajari anaknya memakai internet dengan bertanggung jawab. Hanya saja karena orangtua sibuk dan anaknya anteng tanpa diawasi akhirnya ya bablas. Intinya orangtua harus bisa mengawasi dengan ketat," tandasnya.* 


Halaman
Jimi
Aridi